Jangan Samakan Kita dengan si Tengku ! Plis..


Saya pasti akan berkata kasar, bahkan melemparkan sesuatu berwarna kuning ke wajahnya (mau truck,beko, Golkar atau Berkarya sekalian. Pokoknya kuning, bau juga boleh kok). Entah karena salah makan atau terlalu banyak ngopi pagi dengan berita hoax dari lingkungannya, anda saya nilai B.U (beunang uteuk) apapun alasannya, entah isi ceramah atau jubahnya anda wajib merasakan R.K.O dari saya di ring smackdown !

Ya, kiranya itu yang ingin saya sampaikan pada yang terhormat Tengku Zulkarnain seandainya saya sudah tak sanggup lagi menahan emosi. Alhamdulilah saat menulis ini saya dalam keadaan hati yang sejuk seperti haiking ke gunung, dengan senyum lebar selayaknya santri berzakat senyuman. Tulisan ini adalah bentuk kasih sayang sesama manusia dan karena rasa hormat saya kepada Tuanku Zulkarnain.

Saya hanya tak habis pikir dengan pemikirannya ketika selesai menyaksikan perdebatan beliau dengan Jumisih, Ketua Federasi Buruh Lintas Pabrik. Menyoal Pro-Kontra RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (P-KS).

“Kita tidak bisa memaksakan kehendak. Kan bisa mencari waktu, entah besok, entah lusa,” ujar Jumisih, Ketua Federasi Buruh Lintas Pabrik.

“Terus dipenjara gitu? Kalau hasrat sudah mau, ya mesti. Si istrinya diem aja, tidur aja, enggak sakit,” kata Wasekjen MUI Tengku Zulkarnain.
  
Dari jawaban yang saya dengan dan telaah dengan seksama, saya hanya menduga jangan-jangan Tengku Zulkarnain tidak memikirkan rasa sakit seorang perempuan kalo di paksa berhubungan seks. “enggak sakit” dalam pernyataan beliau, bagi saya adalah sebuah penekanan atau paksaan. Sempat juga saya berfikir kalo kalimat itu adalah sebuah tipu muslihat atau rayuan “freak”.

Sama seperti ketika saya di paksa untuk meminum sesuatu yang saya yakini itu pait, namun saya pasti lakukan dengan dalih pertemanan, atasan, atau demi tidak terjadinya perdebatan. Saya yakin kalian pun akan merasakan sesuatu yang sama, “Ih AN***G mun lain cs, balad atau friend geus bubuk da.” pasrah saja, kondisi itu lah yang dimanfaatkan Tengku Zulkarnain ketika berdalih tentang hubungan seks.

Mungkin bagi sebagian orang perkataan beliau ini dianggap B aja, itu sah-sah saja bagi para Kampret. Eh. Tapi yang jadi mengkhawatirkan ketika sudah mendarat mulus di sosial media, hal ini yang kadang bikin banyak orang sedikit harus naik darah dan nyewa hacker untuk menemukan pemilik akun, macam pembawa acara Hitam Putih.

Menurut mereka (netizen pro Tengku), istri memang sudah selayaknya melayani suami berhubungan badan bahkan ketika tidak sedang ingin. Sebab itu sudah merupakan kewajiban bagi istri. Jika sedang tak mau atau lagi gak mood tetap harus melayani ! itu bukan alasan untuk menolak hasrat suami, pokonya kalo udah kode ya harus (entep sendok atau ajul gedang ya pokonya harus).

Ada yang lebih antik lagi, “Sudah mending suami minta jatah ke istri, kalau suami malah jajan di luar bagaimana? Nanti ngambek.” Nah Lho ? gendengkan ? disini, siapa yang melakukan zina ? kok yang disalahin malah istrinya. Sama seperti, kamu putus cinta yang disalahin presiden ! kan pinter J

Sepertinya tuanku Tengku Zulkarnain ini tidak pernah paham terhadap perbedaan tidak mood seorang Pria dan wanita dalam hal berhubungan seks. Gini loh, Kalau laki-laki tidak mood, mungkin Si Joni (panggilan akrab penis)  itu hanya lemas,lunglai dan tak bertenaga. Tapi kalau perempuan, ini beda cerita sob Tengku.

Ketika perempuan sedang tak berhasrat, cairan lubrikasi pada miss V tak akan keluar, atau setidaknya susah keluar. Loe mau pancing pake eupan useup cacing kalung juga gak bakal banjir sob. Ketika perempuan berhubungan dalam kondisi miss V kering seperti ini, pasti rasanya sakit karena tak ada cairan lubrikasi. Apalagi ketika si pemilik merasa dipaksa saat berhubungan.

Saya jadi heran dan bingung. Tipe laki-laki yang tetap minta dilayani ketika istri tidak mood ini masuk dalam kategori yang bagaimana ? apakah sudah tak  memperhatikan rasa nyaman istri ketika berhubungan? Atau mereka ini tipe bronk  dimana istri yang katanya miliknya itu harus terus on. Sungguh ingin bertanya sama bung Tengku orang kayak gitu itu sebenarnya cinta sama istrinya atau lebih cinta sama nafsunya sendiri ? atau jangan-janga nanti akan lahir istilah laki-laki dengan tipe TZ ? OMG NO !!!!

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan K.G. Santhya bersama empat orang koleganya dengan judul “Consent and Coercion: Examining Unwanted Sex Among Married Young Women in India”. Berhasil menyimpulkan bahwa 4 dari 5 respondennya memilih untuk berkata tidak kepada sang suami ketika mereka sedang tak ingin berhubungan seks.

Studi tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan dan resiko dari berhubungan seks yang tidak diinginkan. Dalam penelitian tersebut, mereka melakukan wawancara mendalam terhadap 69 perempuan yang berada di Gujarat dan Benggala Barat, India. Sampel itu mereka dapatkan dari partisipan yang telah mengikuti survei pendahuluan terhadap 1.664 perempuan yang sudah menikah.

K.G. Santhya berhasil menemukan alasan yang beragam, misalnya ketika mereka sedang lelah, dalam masa menstruasi, bahkan saat mereka memang tidak mood untuk berhubungan seks. Tentu saja tak semua pria dan Si Joni mau menerima kenyataan tersebut. Bahkan tak sedikit perempuan yang menceritakan pengalaman mereka dipaksa untuk memenuhi hasrat seksual suaminya.

Dalam hasil wawancaranya dengan para perempuan (istri) yang dipaksa untuk berhubungan seks. Ternyata, para perempuan membeberkan bahwa hubungan seks yang tak diinginkan itu akan memunculkan rasa sakit di organ kelaminnya. Kan tambah bete bung Tengku kalo miss V istrimu sedang dalam keadaan bonyok akibat Si Joni yang maksa nerobos dan headbang di dalam hmmmm.

Seorang perempuan bahkan mengatakan bahwa ketika sang suami memaksa untuk berhubungan seks, ia kerap merasakan sensasi terbakar saat buang air kecil, juga merasa pusing. Namun, sayangnya, ketika ia menyampaikan kepada sang suami ihwal alasan penolakan itu, suaminya justru marah. Itu sebabnya si responden terpaksa menuruti hasrat seks suaminya. Semoga anda tidak seperti tipe pria yang diungkapkan perempuan tersebut, Bung Tengku.

Jika anda masih kurang percaya bung Tengku, ada satu contoh penelitian lain yang menyatakan bahwa seks yang dipaksakan berbahaya bagi kesehatan. Margaret J. Blthe bersama empat rekannya membuat sebuah studi berjudul “Incidence and Correlate of Unwanted Sex in Relationship of Middle and Late Adolescent Women”

Penelitian tersebut menggunakan teknik wawancara secara langsung selama tiga bulan terhadap 279 orang remaja perempuan berusia 14 hingga 17 tahun. Tujuannya adalah untuk mengetahui resiko kesehatan dari seks yang dipaksakan.

Riset itu mengatakan bahwa hubungan seks yang dipaksakan jamak terjadi dan itu dilakukan oleh pasangan mereka. Dari berbagai responden Blthe mengatakan mereka mengalami tekanan psikis jika tak mengabulkan permintaan pasangannya. Resiko lain pun muncul dari seks yang tidak diinginkan tersebut. Seks yang tidak diinginkan sejalan dengan meningkatnya infeksi yang muncul akibat seks. Artinya, seks yang tidak dikehendaki berbahaya bagi kesehatan reproduksi.

Alhamdulilah sejauh ini nalar dan insting saya sebagai lelaki meyakini bahwa seks yang baik akan mendatangkan kebahagiaan bagi pasangan hidup, saya meyakini bahwa pasangan saya akan bahagia ketika saat sedang intim mengalami orgasme yang menyenangkan. Apalagi sampai muncrat-muncrat, Eh.

Sungguh ironis bagi saya bung Tengku. Sebuah aktivitas yang seharusnya romantis dan sakral menjadi hantu menyeramkan  bagi pasangan saya. Ini pun baru efek psikologis. Bagaiman pun alasan anda dan gerombolan anda itu sangat melanggar hak perempuan untuk mendapatkan rasa nyaman dalam berumah tangga.

Menjadi sangat paradoks ketika anda mengelurkan senjata pamungkas, “anda muslim ? kalo muslim harus ikuti apa yang diatur islam ?” klaim agama yang anda paparkan terkadang berbenturan dengan norma kemanuiaan yang secara hakikat ada dalam pengembangan ajaran islam.

Untuk kawan-kawan dan saudaraku sebangsa dan setanah air yang muslim atau pun yang non-muslim, saya bukan seorang motivator dan bukan seorang intelek tapi izinkan saya bicara dalam tulisan ini, “Guys ketika istri tidak mood, usahakan untuk kontrol nafsu mu, jangan cuma bicara soal hak mu saja, tapi juga pikirkan dengan tenang hak pasangan (istri) anda. Kesehatannya dalam hal ini hubungan seks harus jadi prioritas karena  dialah pintu atau akses memperpanjang keturunanmu my Bro.”


Dalam situasi ini juga saya ingin mengatakan jangan mengubah aktivitas romantis menjadi bencana. Ini berlaku untuk siapapun, baik Cebong atau Kampret. Tapi imbauan ini hanya berlaku bagi kamyu-kamyu yang masih menganggap pasanganmu sebagai manusia. Terakhir, saya hanya meminta teman-teman doakan saya supaya kelak ketika sudah menikah tidak mengadopasi pemikiran macam Tengku Zulkarnain, sebab mengadopsi pikiran tersebut juga dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Sungguh bahaya untuk kemerdekaan si Joni.






Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU