Posts

Showing posts from July, 2020

Jalan Kaki

Image
Pukul sembilan pagi, kesegaran masih terjaga, sebagian besarnya menempel di dadaku, dan karena itu pula kedua kakiku menyalakan kompasnya. Segera kupanaskan keduanya, kiri dan kanan, tak ada yang unggul semuanya seimbang. Tangan mengepal ke langit, kepala menengadah, dan mesin-mesin di tubuhku mulai bergolak tanda harus segera bergerak. Kusiapkan satu gelas teh hangat lengkap dengan semangat di dalamnya. Kukenakan topi agar matahari tak mudah mengibiri keberanian ini. Jaket yang tergantung di belakang pintu mulai memaksa dan merayu, kupilih salah satu yang paling ahli membakar diri dan siap berkelahi dengan angin. Kaos kaki mengintip di laci, kubiarkan mereka berkompetisi berebut kelayakan. Pada akhirnya, kubiarkan keributan itu dan kupilih kaos kaki yang sudah bersetubuh dengan kekasihnya berbulan-bulan sejak bumi berhenti sebentar. Kacamata dan smartphone masing-masing menguji kelayakan mereka semaunya agar ikut berpartisipasi dalam upaya menyelamatkan indra dan menerbangkan waw...

Padamu….

Image
Siang ini, aku dan Ibu mengumpulkan keberanian. Setelah semalam kami berdua babak belur dipukuli persoalan. Dua tahun yang lalu hal serupa pernah terjadi, yang membedakan adalah waktu itu aku saja yang maju menyelesaikan persoalan. Hari ini, meski matahari cukup menyebalkan. Kami berdua harus bisa melalui jalan panjang dan berduri itu, kami harus merelakan pakaian berlubang, sepeda motor yan g dipakai mengalami kebocoran, dan keringat yang bercucuran sudah berubah menjadi bau badan. Itu semua harus kami lalui dengan menyediakan kesabaran yang luas di dada kami. Cibir tetangga, sudah kami telan bertahun-tahun lamanya. Gunjingan sudah seperti aroma kentut bagi kami, kadang hilang juga datang tak diundang. Orang-orang malu berhadapan dengan kami, jangankan ketawa atau saling melempar senyum, melihat wajah kami pun mereka sudah alergi. Kenyataan yang harus aku simpan di saku celana selain receh dan doa-doa. Kami berdua melangkah, pelan-pelan, dengan sekujur tubuh kami di...

Pria Bermata Satu dan Kalimatnya

Image
Aku mendengar cerita ini dari kabar-kabar yang terbang dan hinggap di mulut-mulut kesadaran. Diantara sedertan persoalan yang hinggap di awan pikiran. Cerita tentang pria bermata satu itu menganggu tidur malamku. Sebelum mataku terpejam, sebuah kata-kata dari buku yang kubaca melintas dan melibas rasa kantuk. “ Kalian Bungkam atau Bunuh Kami, Suara Kami Akan di Terdengar Lebih Lantang di dalam Kubur daripada di atas Bumi,” Kalimat itu menyeret pada lamunan yang menari-nari atas keberhasilannya mengusir rasa kantukku. Aku terperanjat, menghela nafas panjang, mencoba memanggil kembali kantuk yang sudah pontang – panting tak karuan. Beberapa detik berselang, wajah si pria bermata satu seperti muncul di langit kamarku, dadaku berguncang, cemas dan ketakutan. Wajah itu, bersuara mengucapkan kalimat yang sama dengan buku yang kubaca, pelan-pelan kemudian mengeras, suaranya memaki padaku mengulang kalimat yang sama. Semakin keras semakin merinding bulu kudukku, lelaki bermata satu ...