Posts

Showing posts from October, 2018

JANGAN NGILANG KAYA CITARU HARUM YA BEBS, PLISS !

Image
Seperti hal nya kenangan dari Si M yang kerap datang menggebu tanpa mengetuk pintu, dengan wajah yang menakutkan ia selalu mencoba melakukan gerakan sporadis terhadap memori saya, duh ngeri L . Seperti itu juga kiranya rindu saya saat mengingat Gerakan Citarum Harum yang sempat di galakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Gerakan ini pada awal tahun 2018 menjadi gerakan yang cukup populer, tapi tidak sporadis seperti gerakan kenangan atas nama M****. Sampai-sampai kampanye dari hulur ke hilir sudah sering di jumpai di tepian sungai yang menduduki posisi ke 10 terkotor versi organisasi nirlaba Blacksmith Institute yang berbasis di New York dan Green Cross, Swiss. Bahkan saking kotornya wajah Citarum, ia mendapatkan perhatian Presiden Jokowi dan mendapatkan hadiah sebuah Perpres no 15 tahun 2018 yang ditandatangani 14 Maret lalu, sebanyak 18 kementerian, lembaga negara, TNI dan Polri dilibatkan untuk mendukung mengatasi masalah dan merias wajah Ciatarum. Hasilnya kolab...

TERSESAT BERKAMPANYE DI MEDIA SOSIAL !

Image
Kita tahu, sejak 2014 perebutan kursi R-1 menjadi sebuah arena tinju tokoh politilk nasional. Diakui atau tidak kita melihat api permusuhan mulai merambat pada simpatisan dari tingkat nasional, regional hingga lokal. Partai politik sebagai promotor tidak hanya menggunakan sistem yang berlaku di negara untuk melegalkan kompetisi ini, pun membentuk jutaan opini dari penonton tak kasat mata bernama Netizen melalui kanal promosi bisnis yang paling sederhana bernama media sosial. Sejak saat itu rimba media sosial memasuki babak baru ketika di hadapkan dengan kabut hitam bernama Pilpres 2019. Media sosial menjadi map atau petunjuk arah yang menyesatkan bukan menjadi pembimbing jalan pulang. Atas nama pesta rakyat para promotor pertandingan berusaha merubah tepuk tangan menjadi ajang gontok-gontokan. Ini jelas jauh dari asaz demokrasi. Bahkan yang lebih mengherankan lagi elit politik saat ini lebih senang bermain dengan isu-isu yang menuai konflik lalu di nyanyikan di media sosial. ...

MENCARI PASRAH

Image
Terik matahari bertubi-tubi menyentuh ubun-ubun, saking panasnya hingga aku harus meletakan kain basah diatas kepala. Matahari seolah benci dengan aktivitas di bumi, makin hari makin tahun ia semakin menjadi-menjadi, berkolaborasi dengan debu matahari membakar apa saja yang kiranya membuat ia kesal. Begitu pula aku, dengan gagah berani mencoba bertarung dalam ramai dalam gelombang manusia yang kian hari kian gila dengan dunia dan membuat jengah matahari. Di persimpangan Kota orang-orang terjaga, hilir mudik tanpa suara. Aku tak pernah medengar kata-kata hanya suara sepatu yang riuh semkin hari semakin gaduh. Persimpangan Kota adalah saksi dimana para pemuda seperti bermimpi menaklukan matahari, lalu bersenang-senang dengan hasil dari pada itu. Persimpangan Kota menjadi saksi dimana kalimat “Maaf” menjadi paling sering dibayangkan, bahkan bagiku itu adalah hantu yang paling menyeramkan dari pada panasnya matahari. “Mohon Maaf mas,” suaranya lirih   seorang wanita sambil me...