BERFIKIR JERNIH MELIHAT 212
Sekali saja kita mesti kreatif berfikir tentang Reuni 212 yang menuai banyak kontroversi ini, mungkin ga yah kita tidak selalu membicarakan gerakan 'moral' ini dengan aroma khas politik ? Ya sesekali Cebong dan Kampret adem !
Reuni yang baru dilaksanakan tanggal 2 Desember 2018 kemarin memang dituding sebagai aksi konsolidasi pendukung Prabowo-Sandi. Meski demikian tapi banyak juga yang menyangkal, bagi para peserta hanya yang punya pikiran macam Cebong lah yang punya analisa kaya gitu, walaupun #2019GantiPresiden menggema dimana-dimana, ya itu soal demokrasi 'katannya'.
Tapi bagi saya, gerakan itu adalah gerakan kasih sayang, buktinya gerakan politik kaya gitu sampai harus dibungkus agama. Coba kalo dibungkus kado warna pink kan cute kaya mau Valentine, eh lupa produk ka**r. Tapi My Bro kekutaan massa sebanyak ini, selain bisa untuk kendaraan politik, juga bisa loh bermanfaat untuk hal lain.
Bernard Abdul Jabar yang kasep dan pintar itu bilang, reuni akan dihadiri 3,5 juta orang, meski ketika acara berlangsung menurut pihak Kepolisian jumlahnya cuma 40 ribu jamaah. Tapi, mana mungkin kita bisa percaya sama pihak yang doyan kriminalisasi ulama yaaa kaaaan? Eh..
Ya, sebelum kita lanjoot sepakati saja dulu, bahwa yang di katakan Bang Bernard itu benar, coba saja antum bayangkan dengan jumlah sebanyak itu tentu tidak menutup kemungkinan melakukan hal yang lain (bahkan beberapa pihak ada yang bilang 8 sampai 11 juta orang loh woow).
Andai saja jumlah 8 juta orang ini bisa 'udunan' 50 ribu saja, maka secara hitungan matematis akan terkumpul dana sebesar 400 miliyar ! Juara kan, dana sebesar ini bisa dibikin Apel Pemuda sampai 100 kali. GP Anshor dan Pemuda Muhammadiyah gak perlu deh terima uang dari Kemenpora. Bahkan kalo pake uang umat ini yakin deh apel Pemuda ini bakal ada setahun sekali atau bahkan bisa bikin reuni nya juga, Eh. Yang jelas kedepannya pemuda kita pasti makin akur, adem dan gak akan berurusan dengan Polisi atau KPK karena pakai duit negara.
Duit segitu juga mungkin akan melahirkan super hero baru yaitu Super M mengingat Muhamadiyah yang sedang banting tulang mengumpulkan dana dan membangun ribuan rumah semipermanen, klinik dan memberi bantuan makan ratusan ribu warga terdampak bencana di Lombok, Donggala, Sugi dan Palu tentu akan lebih ringan. Bahkan kalo perlu Super M bisa saja pulau sendiri untuk para korban bencana, kan kece membahana !
Sepakat ga ? Uang sebanyak itu bisa bangun sekolah, bisa buka lapangan pekerjaan. Bisa apalagi ? Bikin jembatan penyebrangan, bahkan kalo sumbangannya 100 ribu mungkin Prabowo bakal pinjem dana kesana buat kampanye dari pada pinjem ke BI singkatan dari Bank yang ada di Indonesia Eh.
Selain jumlah uang yang jumlahnya besar, massa reuni bermanfaat meningkatkan angka penerimaan ASN dan PNS akan melonjak. Bagaimana bisa ? Ya kalo saja Reuni itu diisi dengan bimbingan test. Kan cuuma test PNS yang gak ada kurikulum nya. Nah, kalo bersedia para PNS yang hadir di 212 tuh bisa sekalian buka bimble untuk sesama jamaah belajar mengerjakan test dengan baik belum lagi dibantu doa, janji-janji kampanye dan nasehat para ustadz. Kan bakal Afdol tuh.
Secara ga langsung akan ada semacam peer education, sebuah sistem pendidikan modern berazazkan 'ududnan', nantinya dengan dibantu doa-doa para ustadz akan mengurangi sifat dan keinginan untuk melakikna sogok-menyogok masuk pegawai negeri. Ya Allah manfaat banget..
Apalagi coba ? Ouh ya dengan dana sebesar itu juga saya yakin Bang Hanum Rais gak perlu nyebarin surat undangan atau nge-send all ke kampus Muhammadiyah untuk mengundang civitas academik buat nonton filmnya, dengan duit segitu cukup send WA atau sms ke Presma kampus Muhammadiyah terus bilang, “yang nonton di amplopin 250 ribu bro”. Pasti datang semua guys tanpa terkecuali, niscaya juga bakal ada sejarah baru di XXI atau di CGV di dalam biskop ada yang nonton sambil berdiri kaya di Busway, rekor Muri banget deh !
Belum lagi film Bang Hanum akan jadi juara melawan film Ahok, film horor Suzanna, bahkan film eropa juga bakal di jegal, hasil nya pasti Bang Hanum memboyong piala penghargaan sekardus kulkas. Kalo panitia ga mau ngasih kan tinggal di amplop pake uang umat. Beresss !
Jadi gini Bib, coba dengan masa 8 juta itu masih memelihara semangat gotong-royong tentu akan ada satu ekosistem yang terselamatkan di Jakarta. Misalkan di Kali Sentiong yang hitam itu, bareng-bareng para peserta reuni membersihkan daerah alurannya, melakukan purifikasi, tentu saya yakin dengan sangat secara berangsur-angsur kali ini akan berubah jadi objek wisata macam di Surabaya. Mas Anies terbantu banget loh.
Gak perlu ada jaring, gak perlu numpuk karung pasir. Semua pasti kinclong!. Tatanan Kota Jakarta akan lebih enak, sungai gak perlu pake pewangi, kesehatan pasti Oke Oce. Dari sudut pandang agama pun kegiatan itu bakal mengurangi dosa-dosa kepada Pak Gubernur dan yang pasti membuat kesendirian Mas Anies tak terlalu pedih.
Setelah sungai bersih, para alumni bisa melepas bibit ikan, seorang satu kilo ikan mas itu dijamin bisa hidup ekosistem nya. Secara otomatis penyelamatan ini juga akan membantu masyarakat Jakarta mengurangi indeks stres mereka. Warga Jakarta yang hobi mancing akan sangat terbantu, merea gak perlu lagi nyari 'Galatama' atau waduk keluar daerah yang selalu jadi bahan gibah karena macet yang disebabkan liburan anak Jakarta.
Nah setelah selesai beres-beres sungai, para alumni boleh kok menanam 1 atau 2 pohon tapi pohon asli yah. Kalo seandainya reuni ini jadi festival tiap tahun, baru3 kali saja yakin banget Jakarta jadi ijo dan menyejukan. Apalagi kalo variatif tuh pohon yang di tanam misalnya pohon yang berbuah, wah sudah pasti Jakarta bisa swasembada buah-buahannya ke daerah lain atau bahkan ke negara tetangga dengan kualitasnya khas Ibu Kota. Kalo sudah gitu, gak ada tuh anak, cucu cucit Pak Harto yang berani bilang, “Enak jamaku to?”
Selagi sibuk menebar benih ikan dan menanam pohon, sebagaian peserta alumni bisa kok membantu Pak Gubernur untuk membantu membuat lubang resapan air, kasus seperti pengendapan bungkus kabel di lubang-lubang pembuangan DKI akan tuntas dan mungkin Ustad Haikal atau Bernard Abdul Jabar bisa membuka usaha 'kindow' Syariah.
Membantu mempercepat sanitasi dan manajemen air mungkin akan sengat di kenang oleh masyarakat Indonesia secara luas karena dengan kekuatan Jamaah Ibu Kota bisa lepas dari stempel Kota langganan banjir.
Kekuatan Jamaah ini juga akan sangat mengurangi beban yang dipikul Pak Gubernur. Wilayah kumuh daerah DKI bisa sedikit dilukis dengan berbagai warna. Jamaah tinggal secara ikhlas menyumbang cat, kalo ingin warnanya hijau tinggal mengintruksikan dengan kalimat Takbir, “Hijau, Takbir!” Tapi ga kebayang juga sih banyaknya pekik takbir bisa-bisa buat Jakarta warna-warni macam pelangi, ah yang penting Mas Anies gak perlu tekor dan menekan dana APBD.
Dengan berbagai macam cat yang di bawa para peserta juga bisa membantu dalam menangani vandalisme di DKI. Tangan-tangan 'suci' ustad akan mengganti tulisan “Eddyout” dengan ayat-ayat, sudah pasti Jakarta menjadi kota yang religi, atau para pendukung Prabowo-Sandi boleh kok ngenggambar Cebong atau logo PKS dan Gerindra. Jasi semacam taman kanak-kanak masal gitu.
Saya yakin, penghargaan-penghargaan Internasional yang diraih Surabaya seperti Lee Kuan Yew World City Prize, Global Green City PBB, Learning City UNESCO ,dan ASEAN Tourism segera akan beralih tangan ke Jakarta.
Udah pasti dampak piskologi akan berimbas ke Kepalda Daerah. Ridwan Kamil yang menduduki Jawa Barat akan 'hareudang'. Mungkin ia bakal berpikir keras merubah Citarum menjadi lebih jernih lagi. Mungkin juga senyum Bu Risma tidak akan seenjoy sekarang, ia akan terus tegas dan gesit dalam mengupayakan kotanya menyaingi Jakarta.
Yang pasti adalah para Kepala Daerah akan memaksa agar acara Reuni 212 bisa singgah ke kota mereka. Bisa jadi bukan hanya kepala daerah saja, masyarakat umum juga akan berjilid-jild mendatangi atau sekedar mengisi petisi agar panitia 212 mau menghampiri kota nya walau hanya satu hari.
212 akan sangat berpotensi merubah perwajahan negeri dengan segala potensi kekuatan masa yang di milikinya. Tentu agenda terpentingnya adalah doa bersama untuk keselamatan Negera Kesatuan Republik Indonesia, sisanya udunan dan bersih-bersih kota. Itu bisa membuat Indonesia Great again!
Jadi sudah terbuktikan, sesekali pikiran kita jangan terpatri pada satu sisi saja bahwa gerakan 212 adalah jalan tol politik untuk salah satu Capres dan Cawapres menuju 2019. Tapi lebih dari itu melibatkan perasaan dan cinta pada negeri, meski salah satu Capres didapuk sebagai tamu kehormatan dan yang satu ditolak untuk datang, dan itu adalah murni bukan kampanye. Ya..ya..ya, ouh ya agenda selanjutnya kita pikirkan bersama #menujureuni212di2019.
Reuni yang baru dilaksanakan tanggal 2 Desember 2018 kemarin memang dituding sebagai aksi konsolidasi pendukung Prabowo-Sandi. Meski demikian tapi banyak juga yang menyangkal, bagi para peserta hanya yang punya pikiran macam Cebong lah yang punya analisa kaya gitu, walaupun #2019GantiPresiden menggema dimana-dimana, ya itu soal demokrasi 'katannya'.
Tapi bagi saya, gerakan itu adalah gerakan kasih sayang, buktinya gerakan politik kaya gitu sampai harus dibungkus agama. Coba kalo dibungkus kado warna pink kan cute kaya mau Valentine, eh lupa produk ka**r. Tapi My Bro kekutaan massa sebanyak ini, selain bisa untuk kendaraan politik, juga bisa loh bermanfaat untuk hal lain.
Bernard Abdul Jabar yang kasep dan pintar itu bilang, reuni akan dihadiri 3,5 juta orang, meski ketika acara berlangsung menurut pihak Kepolisian jumlahnya cuma 40 ribu jamaah. Tapi, mana mungkin kita bisa percaya sama pihak yang doyan kriminalisasi ulama yaaa kaaaan? Eh..
Ya, sebelum kita lanjoot sepakati saja dulu, bahwa yang di katakan Bang Bernard itu benar, coba saja antum bayangkan dengan jumlah sebanyak itu tentu tidak menutup kemungkinan melakukan hal yang lain (bahkan beberapa pihak ada yang bilang 8 sampai 11 juta orang loh woow).
Andai saja jumlah 8 juta orang ini bisa 'udunan' 50 ribu saja, maka secara hitungan matematis akan terkumpul dana sebesar 400 miliyar ! Juara kan, dana sebesar ini bisa dibikin Apel Pemuda sampai 100 kali. GP Anshor dan Pemuda Muhammadiyah gak perlu deh terima uang dari Kemenpora. Bahkan kalo pake uang umat ini yakin deh apel Pemuda ini bakal ada setahun sekali atau bahkan bisa bikin reuni nya juga, Eh. Yang jelas kedepannya pemuda kita pasti makin akur, adem dan gak akan berurusan dengan Polisi atau KPK karena pakai duit negara.
Duit segitu juga mungkin akan melahirkan super hero baru yaitu Super M mengingat Muhamadiyah yang sedang banting tulang mengumpulkan dana dan membangun ribuan rumah semipermanen, klinik dan memberi bantuan makan ratusan ribu warga terdampak bencana di Lombok, Donggala, Sugi dan Palu tentu akan lebih ringan. Bahkan kalo perlu Super M bisa saja pulau sendiri untuk para korban bencana, kan kece membahana !
Sepakat ga ? Uang sebanyak itu bisa bangun sekolah, bisa buka lapangan pekerjaan. Bisa apalagi ? Bikin jembatan penyebrangan, bahkan kalo sumbangannya 100 ribu mungkin Prabowo bakal pinjem dana kesana buat kampanye dari pada pinjem ke BI singkatan dari Bank yang ada di Indonesia Eh.
Selain jumlah uang yang jumlahnya besar, massa reuni bermanfaat meningkatkan angka penerimaan ASN dan PNS akan melonjak. Bagaimana bisa ? Ya kalo saja Reuni itu diisi dengan bimbingan test. Kan cuuma test PNS yang gak ada kurikulum nya. Nah, kalo bersedia para PNS yang hadir di 212 tuh bisa sekalian buka bimble untuk sesama jamaah belajar mengerjakan test dengan baik belum lagi dibantu doa, janji-janji kampanye dan nasehat para ustadz. Kan bakal Afdol tuh.
Secara ga langsung akan ada semacam peer education, sebuah sistem pendidikan modern berazazkan 'ududnan', nantinya dengan dibantu doa-doa para ustadz akan mengurangi sifat dan keinginan untuk melakikna sogok-menyogok masuk pegawai negeri. Ya Allah manfaat banget..
Apalagi coba ? Ouh ya dengan dana sebesar itu juga saya yakin Bang Hanum Rais gak perlu nyebarin surat undangan atau nge-send all ke kampus Muhammadiyah untuk mengundang civitas academik buat nonton filmnya, dengan duit segitu cukup send WA atau sms ke Presma kampus Muhammadiyah terus bilang, “yang nonton di amplopin 250 ribu bro”. Pasti datang semua guys tanpa terkecuali, niscaya juga bakal ada sejarah baru di XXI atau di CGV di dalam biskop ada yang nonton sambil berdiri kaya di Busway, rekor Muri banget deh !
Belum lagi film Bang Hanum akan jadi juara melawan film Ahok, film horor Suzanna, bahkan film eropa juga bakal di jegal, hasil nya pasti Bang Hanum memboyong piala penghargaan sekardus kulkas. Kalo panitia ga mau ngasih kan tinggal di amplop pake uang umat. Beresss !
Jadi gini Bib, coba dengan masa 8 juta itu masih memelihara semangat gotong-royong tentu akan ada satu ekosistem yang terselamatkan di Jakarta. Misalkan di Kali Sentiong yang hitam itu, bareng-bareng para peserta reuni membersihkan daerah alurannya, melakukan purifikasi, tentu saya yakin dengan sangat secara berangsur-angsur kali ini akan berubah jadi objek wisata macam di Surabaya. Mas Anies terbantu banget loh.
Gak perlu ada jaring, gak perlu numpuk karung pasir. Semua pasti kinclong!. Tatanan Kota Jakarta akan lebih enak, sungai gak perlu pake pewangi, kesehatan pasti Oke Oce. Dari sudut pandang agama pun kegiatan itu bakal mengurangi dosa-dosa kepada Pak Gubernur dan yang pasti membuat kesendirian Mas Anies tak terlalu pedih.
Setelah sungai bersih, para alumni bisa melepas bibit ikan, seorang satu kilo ikan mas itu dijamin bisa hidup ekosistem nya. Secara otomatis penyelamatan ini juga akan membantu masyarakat Jakarta mengurangi indeks stres mereka. Warga Jakarta yang hobi mancing akan sangat terbantu, merea gak perlu lagi nyari 'Galatama' atau waduk keluar daerah yang selalu jadi bahan gibah karena macet yang disebabkan liburan anak Jakarta.
Nah setelah selesai beres-beres sungai, para alumni boleh kok menanam 1 atau 2 pohon tapi pohon asli yah. Kalo seandainya reuni ini jadi festival tiap tahun, baru3 kali saja yakin banget Jakarta jadi ijo dan menyejukan. Apalagi kalo variatif tuh pohon yang di tanam misalnya pohon yang berbuah, wah sudah pasti Jakarta bisa swasembada buah-buahannya ke daerah lain atau bahkan ke negara tetangga dengan kualitasnya khas Ibu Kota. Kalo sudah gitu, gak ada tuh anak, cucu cucit Pak Harto yang berani bilang, “Enak jamaku to?”
Selagi sibuk menebar benih ikan dan menanam pohon, sebagaian peserta alumni bisa kok membantu Pak Gubernur untuk membantu membuat lubang resapan air, kasus seperti pengendapan bungkus kabel di lubang-lubang pembuangan DKI akan tuntas dan mungkin Ustad Haikal atau Bernard Abdul Jabar bisa membuka usaha 'kindow' Syariah.
Membantu mempercepat sanitasi dan manajemen air mungkin akan sengat di kenang oleh masyarakat Indonesia secara luas karena dengan kekuatan Jamaah Ibu Kota bisa lepas dari stempel Kota langganan banjir.
Kekuatan Jamaah ini juga akan sangat mengurangi beban yang dipikul Pak Gubernur. Wilayah kumuh daerah DKI bisa sedikit dilukis dengan berbagai warna. Jamaah tinggal secara ikhlas menyumbang cat, kalo ingin warnanya hijau tinggal mengintruksikan dengan kalimat Takbir, “Hijau, Takbir!” Tapi ga kebayang juga sih banyaknya pekik takbir bisa-bisa buat Jakarta warna-warni macam pelangi, ah yang penting Mas Anies gak perlu tekor dan menekan dana APBD.
Dengan berbagai macam cat yang di bawa para peserta juga bisa membantu dalam menangani vandalisme di DKI. Tangan-tangan 'suci' ustad akan mengganti tulisan “Eddyout” dengan ayat-ayat, sudah pasti Jakarta menjadi kota yang religi, atau para pendukung Prabowo-Sandi boleh kok ngenggambar Cebong atau logo PKS dan Gerindra. Jasi semacam taman kanak-kanak masal gitu.
Saya yakin, penghargaan-penghargaan Internasional yang diraih Surabaya seperti Lee Kuan Yew World City Prize, Global Green City PBB, Learning City UNESCO ,dan ASEAN Tourism segera akan beralih tangan ke Jakarta.
Udah pasti dampak piskologi akan berimbas ke Kepalda Daerah. Ridwan Kamil yang menduduki Jawa Barat akan 'hareudang'. Mungkin ia bakal berpikir keras merubah Citarum menjadi lebih jernih lagi. Mungkin juga senyum Bu Risma tidak akan seenjoy sekarang, ia akan terus tegas dan gesit dalam mengupayakan kotanya menyaingi Jakarta.
Yang pasti adalah para Kepala Daerah akan memaksa agar acara Reuni 212 bisa singgah ke kota mereka. Bisa jadi bukan hanya kepala daerah saja, masyarakat umum juga akan berjilid-jild mendatangi atau sekedar mengisi petisi agar panitia 212 mau menghampiri kota nya walau hanya satu hari.
212 akan sangat berpotensi merubah perwajahan negeri dengan segala potensi kekuatan masa yang di milikinya. Tentu agenda terpentingnya adalah doa bersama untuk keselamatan Negera Kesatuan Republik Indonesia, sisanya udunan dan bersih-bersih kota. Itu bisa membuat Indonesia Great again!
Jadi sudah terbuktikan, sesekali pikiran kita jangan terpatri pada satu sisi saja bahwa gerakan 212 adalah jalan tol politik untuk salah satu Capres dan Cawapres menuju 2019. Tapi lebih dari itu melibatkan perasaan dan cinta pada negeri, meski salah satu Capres didapuk sebagai tamu kehormatan dan yang satu ditolak untuk datang, dan itu adalah murni bukan kampanye. Ya..ya..ya, ouh ya agenda selanjutnya kita pikirkan bersama #menujureuni212di2019.

Comments
Post a Comment