Posts

Showing posts from June, 2020

Dongeng Mengenang Kesatria Macan Kumbang

Image
Sebelum sinar matahari hanya menyinari sebelah kehidupannya, ia adalah lelaki yang tak pernah berhenti untuk memburu. Hutan yang penuh dengan kabut dan gelap didalamnya adalah salah satu medan yang ia gemari, baginya itu adalah wahana permainan. Tak ada yang meragukan keberaniannya, nyali yang tak perlu diragukan lagi, seperti Kakek Bisma yang menjaga Hastinapura dengan segala daya upaya. Dia adalah Boba Fett yang ditakuti lawan-lawannya, dari hutan mana, planet mana, lembaga apa, dia adalah Malaikat Maut Bagi yang selalu berbisik dan berencana di balik hutan-hutan Nusantara. Sumpah setia telah tersimpan di dalam dompet, seragam yang kerap digunakan adalah kebanggan yang hampir menyatu dengan kulit. Matahari dengan kekuatan cahayanya selalu menjadi lampu sorot bagiamana ia menangkap makhluk-makhluk buas di sana. Orang-orang kerap mengenalnya sebagai Kesatria Macan Kumbang, hutan yang dihuni setan sekalipun sepi penghuni ketika dia datang, dia adalah penegak, penentu dan pengama...

"Terpaksa" Pasrah....

Image
Tak ada yang ingin berpisah dengan orang-orang yang dicintai, semua akan sekuat tenaga mempertahankan apa yang sudah diberikan Tuhan. Namun Tunas tak pernah sadar tahun ini Tuhan telah mengirimkan kembali kesunyian di seluruh alam.  Semuanya bergerak dalam diam, bicara pelan-pelan. Tahun ini, Tunas tak tahu hampir semua petualangan harus bersahabat dengan bayang-bayang, menjauhi sanksi orang-orang, memasrahkan diri pada keheningan Tuhan. Bahkan, yang Tunas tidak ketahui adalah malaikat maut memberikan pilihan selama dua pekan pada targetnya untuk menentukan sikap, sebelum kembali menjalankan tugas. Seperti berdiri di ujung jurang, tak ada pilihan, semuanya beresiko mengundang kematian. Memang tahun ini, kematian seperti gelombang arus mudik. Pikirnya, ia harus melawan arus, tak ada jalan lain.   Bukan soal nekad atau sok-sokan seperti memiliki ilmu kebal, namun apa daya, ini dilakukan demi ketenangan saat tidur malam dan menjauhkan anak istri dari hantu kemiskina...

Tiga Pesan Itu...

Image
Pesan pertama kuterima, tepat pukul 23.00 WIB. Saat itu gelisah sudah pulang dan kini yang menemani hanya rasa khawatir dan tegang. Tak ada pesan susulan, seolah semuanya kalah. Begitu juga pesan dari sang kekasih, harus kembali berjarak, melipat segala rencana dan kerinduan di dalamnya. Ada kalanya sebuah pesan membuatku takut, dan ragu. Tapi apa daya, tak bisa  dinegosiasikan lagi. Aku harus kembali. “Kerjakan !” Rentetan buku di atas lemari menjadi saksi, ratusan kertas terlentang pasrah, siap kugauli. Jari-jariku gemetar, pikiranku kemelut, yang kubutuhakan adalah satu terobosan. Sebuah pengulangan yang teramat mahal harganya, sulit ditemukan, diburu bahkan ditiru. Dalam sepinya pikir dan lambatnya waktu. Aku diselimuti rasa takut. Pesan itu, perintah itu, hanya kenyang dengan keberhasilan. Ia tak membutuhkan balasan atau tawar menawar. Begitu terjajahnya aku, padanya aku bersimpuh, lumpuh dan tak berdaya. Berjam-jam di dalam pikiranku telah hidup sosok ...

HIMBAUAN AJA

Image
Pagi ini kegelisahaan menggila di dadaku, macam roh halus yang mencoba mencari tubuh untuk menyampaikan pesannya. Kegelisahan ini bukan tentang menunggu sesuatu, tapi bagaimana dan di mana menemukan cara mensiasati diri untuk lebih konsisten berdamai kata “kangen”. Sungguh keadaan inimembuatku tak menemukan cara mencairkan rindu yang membatu. Kegelisahan ini mendorongku pada pikiran yang sunyi. “Mati kau di koyak-koyak sepi…” begitu kata Chairil Anwar. Awalnya biasa saja yang tadinya hanya membara di dada, kini mulai menjalar ke atas kepala. Lengkap dengan ratusan tanda tanya, pelan-pelan gelisah ini merayap. Tak ada suara, seperi Rambo yang menyelinap di marakas Vitkong di malam hari. Ah, sungguh pagi yang membuatku nyeri. Tapi semuanya menjadi gaduh, ketika Bapak menjawab pertanyaan tetangga tentang keberadaan Ibu. “Ibu ke mana Pak ? sudah kembai ke Bekasi ?” “Alhamdulilah sudah, kemarin di jemput travel, berangkat dari rumah si Teteh, biar gampang sopirnya ca...