Jalan Kaki
   Pukul sembilan pagi, kesegaran masih terjaga, sebagian besarnya menempel di dadaku, dan karena itu pula kedua kakiku menyalakan kompasnya. Segera kupanaskan keduanya, kiri dan kanan, tak ada yang unggul semuanya seimbang. Tangan mengepal ke langit, kepala menengadah, dan mesin-mesin di tubuhku mulai bergolak tanda harus segera bergerak.   Kusiapkan satu gelas teh hangat lengkap dengan semangat di dalamnya. Kukenakan topi agar matahari tak mudah mengibiri keberanian ini. Jaket yang tergantung di belakang pintu mulai memaksa dan merayu, kupilih salah satu yang paling ahli membakar diri dan siap berkelahi dengan angin. Kaos kaki mengintip di laci, kubiarkan mereka berkompetisi berebut kelayakan. Pada akhirnya, kubiarkan keributan itu dan kupilih kaos kaki yang sudah bersetubuh dengan kekasihnya berbulan-bulan sejak bumi berhenti sebentar. Kacamata dan smartphone masing-masing menguji kelayakan mereka semaunya agar ikut berpartisipasi dalam upaya menyelamatkan indra dan menerbangkan waw...