Posts

Showing posts from 2020

Jalan Kaki

Image
Pukul sembilan pagi, kesegaran masih terjaga, sebagian besarnya menempel di dadaku, dan karena itu pula kedua kakiku menyalakan kompasnya. Segera kupanaskan keduanya, kiri dan kanan, tak ada yang unggul semuanya seimbang. Tangan mengepal ke langit, kepala menengadah, dan mesin-mesin di tubuhku mulai bergolak tanda harus segera bergerak. Kusiapkan satu gelas teh hangat lengkap dengan semangat di dalamnya. Kukenakan topi agar matahari tak mudah mengibiri keberanian ini. Jaket yang tergantung di belakang pintu mulai memaksa dan merayu, kupilih salah satu yang paling ahli membakar diri dan siap berkelahi dengan angin. Kaos kaki mengintip di laci, kubiarkan mereka berkompetisi berebut kelayakan. Pada akhirnya, kubiarkan keributan itu dan kupilih kaos kaki yang sudah bersetubuh dengan kekasihnya berbulan-bulan sejak bumi berhenti sebentar. Kacamata dan smartphone masing-masing menguji kelayakan mereka semaunya agar ikut berpartisipasi dalam upaya menyelamatkan indra dan menerbangkan waw...

Padamu….

Image
Siang ini, aku dan Ibu mengumpulkan keberanian. Setelah semalam kami berdua babak belur dipukuli persoalan. Dua tahun yang lalu hal serupa pernah terjadi, yang membedakan adalah waktu itu aku saja yang maju menyelesaikan persoalan. Hari ini, meski matahari cukup menyebalkan. Kami berdua harus bisa melalui jalan panjang dan berduri itu, kami harus merelakan pakaian berlubang, sepeda motor yan g dipakai mengalami kebocoran, dan keringat yang bercucuran sudah berubah menjadi bau badan. Itu semua harus kami lalui dengan menyediakan kesabaran yang luas di dada kami. Cibir tetangga, sudah kami telan bertahun-tahun lamanya. Gunjingan sudah seperti aroma kentut bagi kami, kadang hilang juga datang tak diundang. Orang-orang malu berhadapan dengan kami, jangankan ketawa atau saling melempar senyum, melihat wajah kami pun mereka sudah alergi. Kenyataan yang harus aku simpan di saku celana selain receh dan doa-doa. Kami berdua melangkah, pelan-pelan, dengan sekujur tubuh kami di...

Pria Bermata Satu dan Kalimatnya

Image
Aku mendengar cerita ini dari kabar-kabar yang terbang dan hinggap di mulut-mulut kesadaran. Diantara sedertan persoalan yang hinggap di awan pikiran. Cerita tentang pria bermata satu itu menganggu tidur malamku. Sebelum mataku terpejam, sebuah kata-kata dari buku yang kubaca melintas dan melibas rasa kantuk. “ Kalian Bungkam atau Bunuh Kami, Suara Kami Akan di Terdengar Lebih Lantang di dalam Kubur daripada di atas Bumi,” Kalimat itu menyeret pada lamunan yang menari-nari atas keberhasilannya mengusir rasa kantukku. Aku terperanjat, menghela nafas panjang, mencoba memanggil kembali kantuk yang sudah pontang – panting tak karuan. Beberapa detik berselang, wajah si pria bermata satu seperti muncul di langit kamarku, dadaku berguncang, cemas dan ketakutan. Wajah itu, bersuara mengucapkan kalimat yang sama dengan buku yang kubaca, pelan-pelan kemudian mengeras, suaranya memaki padaku mengulang kalimat yang sama. Semakin keras semakin merinding bulu kudukku, lelaki bermata satu ...

Dongeng Mengenang Kesatria Macan Kumbang

Image
Sebelum sinar matahari hanya menyinari sebelah kehidupannya, ia adalah lelaki yang tak pernah berhenti untuk memburu. Hutan yang penuh dengan kabut dan gelap didalamnya adalah salah satu medan yang ia gemari, baginya itu adalah wahana permainan. Tak ada yang meragukan keberaniannya, nyali yang tak perlu diragukan lagi, seperti Kakek Bisma yang menjaga Hastinapura dengan segala daya upaya. Dia adalah Boba Fett yang ditakuti lawan-lawannya, dari hutan mana, planet mana, lembaga apa, dia adalah Malaikat Maut Bagi yang selalu berbisik dan berencana di balik hutan-hutan Nusantara. Sumpah setia telah tersimpan di dalam dompet, seragam yang kerap digunakan adalah kebanggan yang hampir menyatu dengan kulit. Matahari dengan kekuatan cahayanya selalu menjadi lampu sorot bagiamana ia menangkap makhluk-makhluk buas di sana. Orang-orang kerap mengenalnya sebagai Kesatria Macan Kumbang, hutan yang dihuni setan sekalipun sepi penghuni ketika dia datang, dia adalah penegak, penentu dan pengama...

"Terpaksa" Pasrah....

Image
Tak ada yang ingin berpisah dengan orang-orang yang dicintai, semua akan sekuat tenaga mempertahankan apa yang sudah diberikan Tuhan. Namun Tunas tak pernah sadar tahun ini Tuhan telah mengirimkan kembali kesunyian di seluruh alam.  Semuanya bergerak dalam diam, bicara pelan-pelan. Tahun ini, Tunas tak tahu hampir semua petualangan harus bersahabat dengan bayang-bayang, menjauhi sanksi orang-orang, memasrahkan diri pada keheningan Tuhan. Bahkan, yang Tunas tidak ketahui adalah malaikat maut memberikan pilihan selama dua pekan pada targetnya untuk menentukan sikap, sebelum kembali menjalankan tugas. Seperti berdiri di ujung jurang, tak ada pilihan, semuanya beresiko mengundang kematian. Memang tahun ini, kematian seperti gelombang arus mudik. Pikirnya, ia harus melawan arus, tak ada jalan lain.   Bukan soal nekad atau sok-sokan seperti memiliki ilmu kebal, namun apa daya, ini dilakukan demi ketenangan saat tidur malam dan menjauhkan anak istri dari hantu kemiskina...

Tiga Pesan Itu...

Image
Pesan pertama kuterima, tepat pukul 23.00 WIB. Saat itu gelisah sudah pulang dan kini yang menemani hanya rasa khawatir dan tegang. Tak ada pesan susulan, seolah semuanya kalah. Begitu juga pesan dari sang kekasih, harus kembali berjarak, melipat segala rencana dan kerinduan di dalamnya. Ada kalanya sebuah pesan membuatku takut, dan ragu. Tapi apa daya, tak bisa  dinegosiasikan lagi. Aku harus kembali. “Kerjakan !” Rentetan buku di atas lemari menjadi saksi, ratusan kertas terlentang pasrah, siap kugauli. Jari-jariku gemetar, pikiranku kemelut, yang kubutuhakan adalah satu terobosan. Sebuah pengulangan yang teramat mahal harganya, sulit ditemukan, diburu bahkan ditiru. Dalam sepinya pikir dan lambatnya waktu. Aku diselimuti rasa takut. Pesan itu, perintah itu, hanya kenyang dengan keberhasilan. Ia tak membutuhkan balasan atau tawar menawar. Begitu terjajahnya aku, padanya aku bersimpuh, lumpuh dan tak berdaya. Berjam-jam di dalam pikiranku telah hidup sosok ...