DOA DIBALIK LENCANA



Nyanyian serdadu mengganggu tidur malamku
semilir bau amis memasuki ruang kesendirianku
alangkah ramainya negeriku, dikala senjata menjadi lonceng tanda bahaya
begitu pula tangisan bayi dan orang tua, menjadi elemen penting membangunkan gelisah para pemuda.
Bisik-bisik jadi peristiwa
keadaan melahirkan tuntutan, rakyat tak boleh berhenti berdoa sebab penguasa selalu ingin dipuja
Zeus, Posaidon, Hades pun melakukan hal yang sama pada umatnya.
Desas-desus dijajakan prajurit pas-pasan yang kehilangan daya juang dan loyalitas karena kehormatannya disimpan dalam brangkas.
Mereka menggeliat baris tanpa syarat, berharap layaknya Archelies melawan Hector diperang Troya yang tersohor,
mereka bersumpah dan menuliskannya diatas pedang, dengan sekali tebas maka luka menjadi sejarah yang meradang.
Lonceng-lonceng tanda perang
menghapus kisah kemanusiaan
Hey, pasukan yang kehilangan pasokan, jalanmu ramai penuh rintangan
Hey, seorang prajurit harus mengikuti rajanya, meski ia tak memiliki telinga dan mata sebab tak ada Negara tanpa rakyat dan tanpa rakyat pula tak pernah ada raja,
Lantas diamana posisimu serdadu ?
Dengarlah sajakku menjadi genderang kala kau memukuli sesamamu,
saat kau membela Negara yang hampir hilang dalam peta
saat itu pula, kau kehabisan cara meredam amarah dianta kita.

Bandung ,1-11-2016

Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU