TONGGAK KOMUNITAS MUSIK UNDERGROUND INDONESIA “NGAGENDRUNG” DARI UJUNG BERUNG
Hiruk pikuk perpaduan aktifitas yang berasal dari
berbagai kalangan. Nampak tak asing lagi mewarnai perjalan kehidupan para
penduduk pinggiran kota wilayah Bandung Tmur ini, sebuah wilayah yang padat
akan penduduk baik urban maupun imigran, pekat akan polusi pabrik, ramai akan
aktifitas pasar dan alur lalu lintas yang tak beraturan.Yah, itu dia gambaran
Ujung Berung. Selintas memang tidak ada yang menarik dari ujung berung, bila
dilihat dari struktur bangun serta sumber daya manusia di ujung berung memang
seolah tidak menjual dan tidak berproduktifitas, namun disanalah tersimpan
ukiran-ukiran sejarah yang sampai saat ini bisa mewarnai Indonesia khususnya
Bandung . 
Sejak dulu, Ujungberung terkenal sangat kental
dengan seni tradisionalnya, terutama seni bela diri benjang, pencak silat,
angklung, bengberokan, dan kacapi suling. Kultur kesenian rupanya tak lekang
dari generasi muda.Walau Ujungberung kemudian dibom oleh kultur industri. Daya
eksplorasi kesenian yang tinggi, membuat tipikal seniman-seniman muda
Ujungberung terbuka terhadap segala pengaruh kesenian. Salah satu yang kemudian
berkembang pesat di Ujungberung selain seni tradisional adalah musik
rock/metal
.
Ujungberung Memasuki era90-an
Masih tak jelas kapan rock/metal masuk ke
Ujungberung. Agaknya, sejak booming Guns n Roses, Metallica, dan Bon Jovi di
Indonesia, Ujungberung tak ketinggalan tren ini. Walau dalam kondisi yang
sangat terbatas, beberapa gelintir kaum muda Ujungberung membentuk band dan
memainkan lagu-lagu band rock favorit mereka. Dikalangan komunitas Ujungberung
Rebels sekarang, Kang Koeple (kakak Yayat-produser Burgerkill) dan Kang Bey
(kakak Dani-Jasad) bisa disebutkan sebagai generasi awal pemain band rock di
Ujungberung. 
Pertengahan tahun 1980-an hingga awal 1990-an,
mereka memainkan lagu-lagu rock semacam Deep Purple, Led Zeppelin, Queen, dan
Iron Maiden selain juga menciptakan lagu sendiri. Era ini kultur panggung yang
berkembang Ujungberung, dan juga di Bandung, adalah kultur festival. Band
tandang-tanding di sebuah festival musik dan band yang menangakan masuk dapur
rekaman. Mungkin masih ingat Rudal Rock Band, salah satu band rock yang lahir
dan sukses dari kultur ini.
            Saat
itu band rudal banyak sekali menginspirasi penikmat musik rock/metal dan hal
tersebut sepertinya sama menginspirasi generasi adik-adik Kang Koeple dan Kang
Bey untuk mendirikan band. Tahun 1990 di Ujungberung, Yayat mendirikan Orthodox
bersama Dani, Agus, dan Andris. Orthodox memainkan Sepultura album Morbid
Vision  dan Schizophrenia . Sementara itu
di Ujungberung sebelah Barat, Sukaasih, berdiri Funeral dan Necromancy. Funeral
digawangi AamVenom, Uwo, Iput. Mereka memainkan lagu-lagu Sepultura, Napalm
Death, Terrorizer. Sementara itu, Necromancy memainkan lagu-lagunya Carcass dan
Megadeth. Band ini dua kali merombak personelnya berdasarkan musik yang mereka
mainkan.
Era crossover Necromancy terdiri dari Dinan (vokal),
Oje (gitar), Aria (bass), Punky (drum). Era metal terdiri dari Dinan (vokal),
Oje (gtr), Andre (gitar), Boy (bass), Punky (drum). Andre kini kital kenal
sebagai gitaris Full of Hate. Di Ujungberung sebelah Timur, tepatnya di daerah Cilengkrang
I, Tirtawening, berdiri Jasad yang digawangi Yulli, Tito, Hendrik, Ayi. Mereka
membawakan lagu-lagu Metallica dan Sepultura di Cilengkrang II kawasan Manglayang,
berdiri band Monster yang membawakan heavy metal ciptaan sendiri dengan motor gitaris
Ikin, didukung Yadi, Abo, Yordan, Kenco, dan Kimung.             Hampir setiap pelosok yang diaanggap produktif di daerah
Ujung Berung mampu melahirkan banyak musisi yang menginspirasi anak muda pada
era sekarang .
Yang unik, perkenalan para pionir ini berawal dari
tren anak muda saat itu : main brik-brikan. Dinan (Necromancy) pertama kali
kenal dengan Uwo-Agus (Funeral) dari jamming brik-brikan. Pun di kawasan
Manglayang. Para personel Monster adalah para pecandu brik-brikan. Mereka
berbincang mengenai musik, saling tukar informasi, dan akhirnya bertemu, membuat
band, dan membangun komunitas. Selain brik-brikan, faktor kawan sesekolah juga
menjadi stimulan terbentuknya sebuah band. 
Civitas
akademik pun di daerah Ujung Berung menjadi factor penghasil musisi ternama
saat ini, bahkan beberapa band beraliran metal di Kota Bandung berasal dari
sekolah yang sama contohnya SMP 1 Ujungberung, kini SMP 8 Bandung, menyumbangkan
Toxic (Addy, Ferly, Cecep, Kudung) yang merupakan cikal bakal dari Forgotten.
Band anak-anak SMP ini berdiri sekitar tahun 1991 atau 1992. Addy kita kenal
sebagai vokalis Forgotten. Sementara Ferly adalah gitaris Jasad sekarang. Belum
lagi band-band di SMA 1 Uungberung, kini SMA 24 Bandung, yang tak tercatatkan saking
banyaknya.
Di era ini, mereka telah memiliki radio komunitas
yang dibuat dan diurus sendiri. Radionya bernama Salam Rama Dwihasta, di
kawasan Sukaasih, berdiri tahun 1992 ketika metal semakin menggila di
Ujungberung. Radio ini radio biasa, tapi memilki program khusus lagu-lagu
metal/death metal/grindcore. Nama programnya Bedebah  dan mengudara setiap sore. Ketika permetalan
didominasi heavy metal, Bedebah-nya Salam Rama Dwihasta sudah menggeber gelombang
dengan Napalm Death, Carcass, Terrorrizer, Morbid Angel.
Komunitas Homeless Crew dan Ujungberung
Rebels melahirkan pembaharuan 
Kultur festival yang dirasa kurang bersahabat
membuat gerah segelintir musisi muda. Dalam festival mereka harus memenuhi
banyak syarat. Harus memainkan lagu band anu -lah, harus jadi gini lah, jadi
gitu lah. Pendeknya, festival menuntut band untuk menampilkan wajah sama, bermanis
muka agar menang di depan sponsor atau produser. Hal itu memangkas semangat
ekspresi rock/metal juga semangat terdalam dan manusiawi dalam diri seorang
seniman untuk berkarya. Dengan kesadaran baru itu gelintiran musisi muda
Ujungberung maju dan merangsek jalanan.
Akhir tahun 1993, muncul kekuatan baru dari Ujungberung.
Masa ini berdiri Studio Palapa, sebuah studio latihan musik milik Kang Memet
yang dikelola Yayat dan Dani (Orthodox). Studio ini kemudian menjadi kawah
candradimuka band-band Ujungberung hingga melahirkan band-band besar, kru-kru
yang solid, dan musisi-musi musisi jempolan. Studio Palapa juga yang kemudian
melahirkan rilisan-rilisan kaset pertama di Indonesia. Mereka merekam lagu-lagu
dengan biaya sendiri, mendistribusikan sendiri, melakukan semua dengan spirit
do it Yourself (DIY). Spirit ini juga yang mengembangkan Studio Palapa menjadi
perusahaan rekaman dengan nama Palapa Record.
            Di era Badebah (Barudak Death Metal
Baheula) penikmat scene ini tidak mencapai ratusan orang. Seiring dengan
bekembangnya kreasi dan warna musik mereka komunitas underground ini melahirkan
beberapa komunitas lainya yang tak lepas dari induk mereka dan tokoh-tokoh yang
sama, beberapa komunitas ini yaitu Bandung Lunatic Underground, Extreme Noise
Grinding , Black Mass, Grind Ultimatum dengan band-band yang mulai banyak
bergabung dengan komunitas ini .
Sebenarnya lahirnya komunitas undergroung ujung
berung yang bekembang pesat saat ini , adalah hasil dari berkembangnya  komunitas Bandung Lunatic Underground Dan
Extreme Noise Grinding di tahun 1996-1997 perkembangan musik ini makin pesat
dengan konsep kolektivisme dan DIY (do it your self)  mulai di relisasikan kesemua sektor yang bisa
membuat scene musik ini lebih mencuat dan menonjolkan eksistensi mereka,
konsep-konsep mereka di kembangkan menjadi sebuah kegiatan konkret dari sebuah
perusahaan rekaman yang berrbasiskan indie lebel lengkap dengan konsep
distribusi dan promosinya. Tidak hanya merilis album,  pembuatan merchandise band, media informasi
seperti fanzie foto kopian, ujung berung update ,crpty of abyss dll .
Selain
dari media kegiatan ini mulai di kemas kearah pagelaran seperti Badebah,
Bandung Berisik, Bandung Deathfest. Komunitas ini terus berusah
mengembangbiakan konsep mereka ke masyarakat luas  namun kembali pada hakekatnya dalam sebuah
perjuangan selau ada hambatan, hambatan yang menjadi musuh bubuyutan komunitas
ini adalah fasilitas!! dulu saat era komunitas ini berjalan pada jalurnya arena
unjuk gigi mereka yang berupa pagelaran adalah Saparua, Bumi Pertiwi dll
nama-nama tempat ini juga yang membantu mereka meningkatkan eksistensi keberadaan
scene ini, setelah mengalami beberapa fase perkembangan komunitas ini makin
memebaik di iringi dengan lahirnya album - album yang konsep musiknya lebih
agresif dengan band-band berkekuatan luar biasa Seperti Burgerekill, Beside ,
Global Unity , Inamy , Embalmed (Sekarang Disinfected ) dll, dan dapat di
katakan setelah mengalami banyak perubahan ujung berung disebut sebagai  tonggak musik underground di Indonesia
Hakekat komunitas 
ini adalah begerak sejauh mungkin sampai melampaui batas, bahkan tanpa kita
sadari setelah memasuki era millennium banyak album yang di hasilkan dan dapat
menembus batas hingga ke Negara tetangga, begitupun dengan komunitas
underground ini semakin besar dan sudah dapat di kenal masyarakat luas,
eksistensi komunitas dengan konsep-konsepnya sudah menglobal dan sudah dapat
membangun kegiatan yang lebih eksklusif dari sebelumnya.
Demikian juga bila dilihat dari sayap ekonomi yang
di hasilkan komunitas ini mereka merealisasikan segi ekonomis mereka melalui
distro perusahaan sablon dan printing yang sudah mulai berkembang dari mulai
penjualan dari tangan ke tangan hingga akhirnya memiliki tempat dimana penikmat
musik underground dapat mencari merchandise band yang mereka suka. Perkembangan
segi ekonomi juga yang membantu komunitas ini untuk dapat mengahadirkan
kontribusi pemerintah untuk mendukung pergerakan mereka, karena tanpa bantuan
dari pemerintah karya mereka akan tersendat setidaknya wadah mereka beraksi
yaitu tempat pagelaran dapat hadir untuk menemani pedewasaan mereka.
Karena tanpa kita sadari setaelah melaju dari era
millennium komunitas ini mulai membengkak menjadi gaya hidup dikalangan pemuda
di Kota Bandung hal tersebut juga yang menyebabkan masyrakat di luar Kota Bandung
membentuk komunitas metal lainnya. Sampai saat ini musik underground sudah bisa
di jamah oleh berbagai kalangan, dan juga bisa di katakana menjadi salah satu
alternative hiburan bagi setiap penikmat musik. berkat mimpi yang telah mereka
torehkan bersamaan dengan komunitas underground semakin mengkokohkan kota Bandung
sebagai Kota musisi tinggal bagaimana pemerintah memberikan apresiasi yang
layak terhadap ujung berung karena telah menjadi tonggak musik underground di
Indonesia .
M
Elgana Mubarokah 
Tulisan
ini pernah dimuat disalah satu majalah remaja Youngkru.com
Comments
Post a Comment