PERJALANAN HIJRAH YANG PENUH BERKAH



Siapa yang tidak mengenal lirik syahdu dan tak jarang menyentuh hati dari lagu-lagu religi yang dibawakan Opick? Mulai dari kalangan anak-anak sampai orangtua, semua mengenal syair lagunya. Apalagi tiap menjelang Ramadhan, lagu-lagu Opick saatnya akrab di telinga kita. Sudah lima tahun terakhir karier penyanyi ini, menyapa pencinta lagu religi Islami Tanah Air. Uniknya, eksistensi Opick dan syair-syairnya dianggap inspiratif oleh banyak kalangan. Selain itu, penyanyi solo bernuansa religi ini disebut-sebut belum memiliki saingan disebabkan jarangnya penyanyi lagu religi yang bertahan lama dan mendapat tempat di hati pecintanya.

Opick memiliki nama asli Aunur Rofiq Lil Firdaus. Lahir dari pasangan Dra. H. Lilik Sholelah dan Abdul Gofur, di Jember, Jawa Timur, 16 Maret 1974. Walaupun Opick kecil dikenal anak bandel, tetapi dalam hal mempelajari agama, ia termasuk anak yang rajin. Dari kedua orangtuanyalah pendidikan agama lebih banyak diperolehnya. Cucu K.H. Abdul Mukti, seorang kiai yang cukup ternama di daerahnya, ini memiliki jiwa mandiri, percaya diri, dan pikiran ke depan. Sebagai anak yang datang dari keluarga sederhana, Opick termasuk anak yang terbiasa menelan kehidupan lingkungan susah sebagaimana umumnya kehidupan di
perkampungan.

Kali pertama Opick memahami arti kemandirian, bermula sejak di bangku SD ketika ia harus tinggal di tempat kos agar bisa dekat dengan sekolahnya. Di sinilah sebetulnya jiwa kepemimpinannya tertanam karena segala tindakan dan sikapnya harus diambil sendiri tanpa mengandalkan ibu-bapaknya yang berada jauh dari tempat kosnya. Sikap ini berlanjut hingga di masa remaja. Perasaan minder dengan keadaan yang dijalaninya acapkali ditutupi dengan perilaku-perilaku yang berani dan menunjukkan sikap-sikap yang menarik hati teman sebayanya. Dia berani mengambil sikap melawan arus untuk mempertahankan prinsip dan cita-cita yang dipegangnya.



Meskipun begitu, ia dapat diterima oleh kawan sebayanya, bahkan dalam beberapa kesempatan, selalu dijadikan pemimpin oleh teman-temannya. Sejak SMP, Opick sudah memiliki bakat bernyanyi dan mampu memainkan beberapa alat musik, bahkan mendirikan sebuah band. Perjalanan bermusik Opick dijalani dengan panjang.

Namun, tekad dan kerja kerasnya terus tertanam untuk bisa mencapai kesuksesan.
Ketika memasuki usia dewasa, Opick tetap memegang teguh prinsip hidupnya. Berbeda dengan ketika ia kecil, pada masa ini Opick lebih berpikir bagaimana mewujudkan cita-citanya, khususnya dalam berkarier di dunia kesenian (musik dan teater).

Setelah tamat SMA, ia memutuskan untuk bisa berdomisili di Jakarta dalam mewujudkan cita-citanya. Dengan modal rekaman lagu dengan alat yang serba terbatas, ia menawarkan lagu-lagunya. Namun, semuanya sia-sia. Tidak ada label yang menerimanya. Pada 1993, awalnya Opick berdomisili di Jakarta, tepatnya di Gang Sawo, Rawamangun. Selain aktif dalam kegiatan warga dan keagamaan serta ramah berbaur dengan lingkungan sekitarnya, Opick ikut kegiatan
Komunitas Sawo atau dikenal dengan komunitas teater Bela Studio. Waktu itu, dia sangat bercita-cita bisa bergabung dan aktif di Bengkel Teater yang dipimpin Rendra.

Kehidupan Opick di Jakarta di masa-masa itu jauh dari kemapanan. Modal di Jakarta adalah sedikit bakat dalam kesenian khususnya dalam hal musik dan ilmu agama secukupnya. Namun begitu, di lingkungannya ia dikenal sebagai seorang santri. Hal itulah yang membuat greget dalam dirinya. Dia menyesali betapa ia tidak mendalami agama sejak dari dahulu. Dengan itikad itulah, ia terdorong untuk lebih mendalami agama di Jakarta. Besar di lingkungan santri sedari kecil menjadi modal kuat baginya dalam berinteraksi dengan ilmu agamanya.

Hidup sendiri di Jakarta, banyak pengalaman yang dia peroleh, khususnya mengenai hakikat hidup. Sebelum sukses, dia memiliki keyakinan apa yang dibuatnya baik akan menuai kebaikan. Dia teguhkan terus keyakinan ini dalam setiap doanya. Hingga ia akhirnya meyakini bahwa musik sebagai jalan hidupnya. Pengalaman menarik yang dimiliki Opick ialah kebiasaannya bernyanyi di pinggir jalan, di halte bus depan Arion, Rawamangun, Jakarta setiap habis subuh sampai pukul 7 pagi. Kebiasaan aneh ini dijalaninya selama 3 tahun. Alasannya, untuk melatih vokal, mencari inspirasi dari lalu lalangnya kendaraan dan para pengamen, serta meyakinkan diri untuk tetap mempertahankan cita-citanya, yaitu sukses di dunia musik.

HIJRAH PENUH BERKAH ALHAMDULILAH

Hijrahku, Berkahku. Itulah barangkali yang dirasakan Opick saat menikmati kesuksesan dalam melantunkan syair-syair religi dalam tiap lagunya. Padahal sebelumnya, Opick bersama
kolega bermusiknya gagal total mengembangkan aliran musiknya yang beraliran rock.
Ya, pada tahun 90-an, Opick memulai karier bermusiknya dengan membentuk sebuah band bernama Timor Band yang beraliran cadas, yang personilnya tak lain dan tak bukan
sahabatnya di Jember. Sayang, album Nyanyian Perjalanan yang dirilisnya menuai protes dari banyak pihak karena liriknya menyinggung banyak orang. Kritikan dan masukan pun datang
dari berbagai pihak.

Karena tak mau menamatkan karier musiknya, Opick harus berpikir panjang untuk mengubah aliran dan penampilannya dalam bermusik. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya
sang rocker mulai hijrah. Sorban dan baju koko jadi pilihan dalam tiap aktivitas penampilannya.
Opick bisa dibilang satu dari sedikit penyanyi dan composer lagu yang istiqamah pada karya religi Islami setelah sebelumnya sempat bertarung keberuntungan di jalur musik
mainstream rock, tetapi menuai kegagalan. Ternyata, keberuntungan dan keberkahan justru didapatnya di jalur religi.

Buah hijrahnya dari musik cadas yang kontradiktif ke melodi religi tak perlu ditunggu panjang dan berliku. Debut album religi pertamanya, Istighfar, yang digubah pada 2005-an menuai hasil maksimal. Album perdana Opick berhasil meraih dobel platinum dan penjualannya menembus angka satu juta keping. Kesuksesan karier Opick dalam bermusik tak berhenti sampai
di situ. Tahun berikutnya, 2006, peluncuran album keduanya, Semesta Bertasbih, pun tak kalah sukses. Bahkan kesuksesan ini disertai dengan peluncuran bukunya yang berjudul Opick,
Oase Spiritual dalam Senandung. Bila berbicara soal syair, isi lagu-lagunya adalah refleksi dari
pengalaman hidupnya sejak masa kanak-kanak. Pengalaman hidup menjadi insiprasi dalam tiap napas lantunan syair yang diciptakannya. Tak heran, buku perdananya yang diterbitkan
pada 2005 itu, merupakan bedahan syair-syairnya yang sedemikian rupa dan dikait-kaitkan dengan tiap kisah dalam hidupnya.

Berlanjut album berikutnya, Ya Rahman (2007), Cahaya Hati (2008), Di Bawah Langit-Mu (2009), dan pada akhir Juli 2010 bersama produser Nadahijrah-Forte Records, Opick meluncurkan album bertajuk Shollu Ala Muhammad. Kehadirannya yang konsisten setiap tahun dengan karya album baru, menjadikan ayah tiga anak ini sebagai ikon penyanyi
religi Islami yang dipertimbangkan dalam dunia musik Tanah Air.

M Elgana Mubarokah
Tulisan ini pernah dimuat disalah satu majalah digital remaja Youngkru.com

Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU