KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia

harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." (UUD 1945)

Mungkin kalimat di atas yang harus menjadi prinsip dasar mengapa segala bentuk penjajahan harus dihapuskan, sebab kemerdekaan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan. Jika melihat sejarah bangsa sendiri mungkin dimanapun menyatakan hal yang sama bahwasanya Tanah Air Indonesia pernah di jajah ratusan tahun oleh negara lain. Berbicara kemerdekaan mugkin saja selalu melakukan sebuah pengorbanan jika merunut sejarah bangsa banyak pengorbanan yang dilakukan masyarakat luas meliputi harta dan jiwa raga yang akhirnya berujung pada penobatan seseorang memiliki gelar " Pahlawan". Baiknya sebuah kemerdekan adalah imbas dari banyak Teori Politik, tentang bagaimana memperjuangkan sesuatu yang dilandasakan pada suatu kebenaran, pada akhirnya bermuara pada sebuah kepentingan atau suatu keharusan setiap orang yaitu mendapatkan  "kebebasan", entah mungkin kebebasan dalam berekspresi ataupun kebebasan seperti halayak lainya berkehidupan normal dan menjadi manusia seutuhnya.

Kemerdekaan bagi setiap orang sangatlah penting dan juga berbeda secara tafsir, orang-orang mempunyai gaya berbeda dalam memaknai sebuah kemerdekaan. Contoh kecil saja kebebasan dalam berekspresi bagaimana seseorang berani menyampaikan apa yang dia rasakan dan di sandarkan pada kebenaran menurut keyakinanya. Kemerdekaan yang diartikan sebagai kebebasan berekspresi sering kali dijumpai dalam bermusik, "sebab musik adalah bahasa yang luas dan bisa terjadi dimanapun" (BUSUK WEBZINE.com : Interview Addy Gembel). Musik mampu menggambarkan sesuatu yang luas tentang bagaimana komposisi lagu mengguratkan tentang perspektif realitas yang sedang terjadi.

Kali ini Rubrik Cover Story akan mengulas tentang bagaiaman seorang punggawa musik Death Metal Forgotten Addy Gembel memberikan sudut pandangnya mengenain kemerdekaan dalam bermusik.

“SELAMA SAYA DIANGGAP WARAS SAYA GAK BAKALAN NEMU MAKNA KEMERDEKAAN”

Addy Gembel lahir di Bandung 23 Oktober 1977, terlahir dengan nama Addy Handy Mochammad Hamdan. Gembel begitulah sapaan akrab teman-teman dekatnya di dikomunitas yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan Addy Gembel, Komunitas Ujung Berung Rebel. Ia tumbuh dan berkembang di bagain timur kota Bandung yaitu Ujung Berung,  pria dengan hobi bersepeda, rafting, naik gunung, dan main ke pantai ini Mungkin menggemari segala bentuk petualangan, yang terpenting baginya bagaimana bisa bersenang-senang dan menikmati apa yang menjadi ekspresi. Selain itu dia juga adalah seorang pembaca, penulis, relawan, aktivis hak asasi berekspresi, pendiri komunitas Ujung Berung Rebel dan ketua dari Solidaritas Independent Bandung yang bergerak di bidang kemanusiaan. Addy Gembel juga adalah seorang punggawa band Death Metal asala Bandung Forgotten, mungkin yang teringat dari band tersebut adalah bagaimana Addy menyampaikan keluh kesahnya melalui lirik-liriknya yang Kritis terhadap sebuah realitas yang ia hadapi. Dari Ujung Berung juga ia berhasil mengasah dan mempertajam daya dobraknya dalam bermusik juga bagaimana tajam pemikiranya mampu memperuncing penanya untuk menuliskan sebuah lirik yang lugas, kritis dan syarat dengan sarkasme.

Addy Gembel bersama Forgotten berhasil mengeluarkan beberapa album seperti Future Syndrome (97), Obsesi Mati (98), Tuhan Telah Mati (2000), Tiga Angka Enam (2003), Laras Perlaya (2011), banyak sekali hal-hal yang disampaikan oleh Addy bersama bandnya. Bukan hanya kebebasan dalam berekspresi, namun sebuah suntikan baru berupa ide atau gagasan bagaimana sebuah band melalui musiknya  mampu menjadi ruang untuk mengkritisi sesuatu.

Selain lihai dalam meuliskan lirik-lirik tentang pergolakan yang sedang ramai dan berimbas pada keadaan sosial yang ia hadapi, Addy kurang menemukan ruang yang lebih luas untuk mengekspresikan apa yang dia rasakan namun ia tak kehabisan akal untuk berekspolari melaui tulisan-tulisan yang dirangkum entah dalam buku ataupun cerpen cerpen yang ia buat sendiri untuk sekedar mengegaskan atau menceritakan secara detail apa yang tak dapat ia goreskan lewat media musik. Seperti sebuah refleksi mengenai apa yang tuliskan di album Laras Perlaya yang akhirnya dibukukan, kemudian cerpennya “Republik Bintang Tengkorak”,”Modenisme…Itulah Ibuku!”, dan “Kegelapan,Kesunyian itu Bernyawa” barang kali itu menjadi sebuah hal yang tak sempat Addy sampaikan dalam liriknya secara luas Atau, inilah proses kreatif Addy Gembel yang begitu menggurita dalam mencipta musik dan sastra. Apapun itu, cerita-cerita pendek Addy Gembel dan musik Forgotten adalah dua sisi kepeng uang yang senantiasa saling melengkapi.

Addy memiliki cara pandang yang berbeda tentang bagaimana seorang musisi mampu memerdekakan dirinya atau menemukan kemerdekaan dalam bermusik, menurutnya tidak akan ada musisi yang merdeka kecuali dia sudah mati atau meninggal dan sudah tidak mempunyai karya. Secara tidak langsung Addy juga menggambarkan bahwasanya sebuah kemerdekaan yang di raih berarti seseorang sudah tak memiliki beban untuk dikabarkan pada orang lain. Namun secara refleksi puncak kemerdekaan dalam bermusik menurut Addy adalah bagaimana membangun sebuah komunitas musik yang besar dan membangun sebuah jaringan secara global itu mampu membuat para penggiat musik merasa puas dan akan menemukan eksplorasi bagaimana sebuah band harus tetap menyuguhkan karya-karya yang berfariasi. Sebab tak bisa dipungkir juga bahwasanya band Forgotten berasal dari sebuah komunitas besar di Bandung dan jelas banyak memberikan pengaruh yang luar biasa bagi pertumbuhan dan perkembangan komunitas lain di Indonesia, khusnya di kota Bandung.

Selain itu pria yang saat ini sedang berada di Negara Seychelles ini mengungkapkan kenyamanannya dalam bermusik, ia menggap bahwasanya bermusik adalah sebagai media katarsis dan ekspresi, sebab jika seorang musisi sudah dianggap merdeka sudah sepatutnya ia merasa bahagia karena sudah dengan merdeka berkspresi dan tinggal menikmati apa yang telah ia kerjakan. Selama ini Addy Gembel bermain musik tidak dengan embel-embel apapun ia bermain musik hanya dengan alasan yang sangat sederhana yaitu bisa bersenang-senang, tapi bukan dalam artian senang-senang untuk melupakan tanggung jawab sebagai seorang manusia sepenuhnya, Addy menganggap bahwasanya ada hal yang harus diperjuangkan dalam bermain musik yaitu bagaimana meyeimbangkan waktu antara keluarga, pekerjaan dan maen band.

Addy merasa menemukan muara yang bebas untuk sekedar memperlihatkan apa yang ia ingin ungkapkan terbukti dengan apa yang ia hasilkan bersam bandnya, meskipun tak sedikit orang yang menganggap bahwasanya sang vokalis adalah orang “yang tak beragama” hal itu mulai terdengar ketika ia dan bandnya mengeluarkan lagu yang berjudul Tuhan Telah Mati pada tahun 2003, kejadiaan itu sontak membuat publik merasa berhak menilai band tersebut dengan apa yang mereka kira dan bayangkan, kontrofersi akan lirik yang ditulis oleh Addy bukan hanya menggerkan masyarakat awam saja, bahkan dikabarkan bahwa sang vokalis juga sempat di terror oleh ormas yang mengatas namakan agama. Namun setiap lirik yang ditulis oleh Addy tidak tanpa tanggung jawab perlu diketahui ia sering mendiskusikan apa yang nantinya bakalan ia curahkan dalam lirik-liriknya dan tentu ndenga tanggung jawab yang penuh. Lirik-lirik yang dituliskan. Addy Gembel bukan serta-merta untuk menemukan puncak kemerdekaan dalam bermusik namun ia hanya mengungkapkan atau mengekspresikan apa yang dia sukai. Addy juga meneaskan bahwasanya selama ia masih di anggap orang waras mungkin  ia tidak menemui makna dalam sebuah kemerdekaan.

“KAMI BUKAN PARPOL, KAMI BUKAN SEDANG MEMPERJUANGKAN SESUATU KAMI BERMAIN BAND”

Banyak band yang senang akan menyanyikan atau menyuarakan tentang perubahan dan memperjuangkan hak-hak orang lain atau berputat dengan ideologis yang di usung dan terkadang ada banyak band yang memiliki visi-misi yang cukup brilian untuk menemukan kemerdekaan dalam bermusiknya.

Idiologi mungkin bisa jadi sebuah modal tersendiri untuk sesorang dalam menjalankan karir bermusiknya, jelas itu semua akan terlaksana apabila kondisi tertentu yang mampu membuat sebuah band mengekspresikan perspektif realitas tertentu. Di Indonesia sendiri pernah mengalami hal-hal yang luar membuat hampir seluruh sektor proses berkesenian memiliki alur yang sama, ketika masih di era Orde Baru dimana semua system begitu mengekang dan diktatoris hampir tak ada ruang untuk masyarakat meluapkan ekspresinya. Namun ada beberapa band yang memang pada saat itu mengkritik keras perkembangan pemerintah yang berimbas pada tatanan masyarakat sebut saja “Kantata Takwa” yang lagu-lagu serta liriknya bergemuruh badai dan terus menerjang pemerintahan bsaat itu.

Namun visi yang berbeda disungguhkan band Forgotten meskipun band ini terkesan sangat brutal namun band ini meiliki visi misi yang sangat sederhana, hanya berdasarkan pada kesenangan dan ekpresi yang tak dibatasi oleh apapun Forgotten menemukan titik kemerdekaannya dengan berupaya menyuguhkan bentuk perlawanan dan ide serta tema bermusik yang cukup diperhitungkan. Sang vokalis mengisyaratkan dengan aktifitas keseharian dan bermusik bahwa perjuangan tidak harus disadarkan pada sesuatu hal yang bersentuhan langsung dengan sebuah system, menyeimbangkan waktu antara bermusik dengan hal lainya menurut Addy Gembel adalah sebuah kewajiban, bahkan membutuhkan banyak perjuangan dan pengorbanan. Addy juga mengungkapkan bahwa band nya tidak sedang memperjungkan sesuatu, Forgotten bukanlah partai politik band ini tidak seidiologis yang masyarakat umum kira. Addy menganggap bahawa band nya memiliki sisi perjuangan yang ia anggap sama dengan dirinya.

HASIL WAWANCARA DENGA ADDY GEMBEL

1.Kang Addy kan menjadi punggawa dalam band Forgotten, nah visi dan misi dalam bermusik band Forgotten itu apa?

Jawab: awalnya kita bikin band ga pke visi misi. Kita punya kecintaan yang sama terhadap

Musik lalu sepakat bikin band. Just for fun. Lalu berharap dengan musik yg kita mainkan

Bakal dapat cewe, narkotik, alkohol secara gratis...hahaha. Akhirnya kita sadar were not

Motley Crue!

2. Apakah dalam bermusik, Forgotten sendiri memperjuangkan sesuatu?

 Jawab: nope. Kita maen band bukan parpol.. Kita tdk sedang memperjuangkan sesuatu. Band kita tidak se ideologis yg org kira. Yg diperjuangkan adalah bagaimana caranya kita bisa membagi waktu antara pekerjaan, keluarga, maen band dan piknik bareng.

3. Jika Agamis, Nasionalis, Komunis di Indonesia adalah wadah manusia untuk memerdekakan dirinya dan tanah air, maka peran kesenian, khusunya dalam bidang musik untuk memerdekakan dirinya dengan cara apa?

Jawab: caranya dengan tetap berkarya dan memuaskan semua penikmatnya. Sukur sukur bs menginspirasi.

4. Contoh ideal memerdekakan tanah air itu seperti apa, jika ditarik dalam sudut pandang bermusik?

Jawab: kemandirian komunitas musik dan membangun jaringan global bisa jd contoh.

5. Ketika musisi sudah dianggap merdeka, apa yang sepatutnya ia rasakan?

Jawab: tentu merasa bahagia. Bisa dengan merdeka berekspresi.

6. Kang Addy kan sudah lama berkecimpung di dunia underground, sebenernya tujuan underground di Bandung sendiri apa?

Jawab: ga jelas juga tujuannya. Bandung punya banyak komunitas dan tiap komunitas punya tujuan yg beda. Buat sy pribadi sih yg penting bisa maen musik dan bersenang senang.

7. Sejak kapan kalimat "Lagu Kita Masih Indonesia Raya" di pakai musisi Underground? Karena setahu saya, tagline tersebut selalu dipakai salah satu Bapak Musik Indonesia, Sawung Jabo (Sirkus Barock), tujuan musisi underground menggunakan kalimat tersebut untuk apa?

Jawab: wah saya ga tau itu. Buat saya ga penting juga pake kalimat tsb.

8. Bagi kehidupan kang Addy sendiri, musik itu berperan sebagai apa?

Jawab: sebagai katarsis dan media ekspresi.

9. Apakah kang Addy merasa nyaman dalam bermusik? jika iya, berikan alasanya, jika tidak berikan alasanya.

Jawab: nyaman banget karena sy melakukan apa yg sy sukai.

10. Apa arti kemerdekaan untuk hidup kang Addy?

Jawab: ga ada artinya. Selama saya dianggap waras sy ga bakalan nemu makna kemerdekaan.

11. Kang Addy merasa menemukan kemerdekaan dalam bermusik? (Alasanya)

Jawab: jawabannya idem dgn yg diatas.

12. Menurut kang Addy sendiri, musisi yang merdeka itu yang seperti apa? Berikan

contohnya dong.

Jawab: ga ada musisi yg merdeka kecuali mereka telah mati dan tdk berkarya lagi.

13. Banyak lirik kang Addy yang katanya kontroversi, apakah itu sebuah penggambaran kang Addy untuk menemukan kemerdekaan dalam bermusik?

Jawab: yg nganggap kontroversi kan publik. Mereka mungkin blm terbiasa aja dengan wacana atau tema baru dalam lirik yg sy buat. Dan sy bikin lirik bkn dlm rangka menemukan kemerdekaan. Sy hanya melakukan apa yg sy sukai.

M Elgana Mubarokah

Tulisan ini pernah dimuat disalah satu majalah remaja Youngkru.com