CERITA PULANG KAMPUNG



Ada sesuatu dibalik arus mudik.
Panas aspal serta marah tumpah jadi berita.
Ada yang disembunyikan disana,  dibalik tulisan "Pengamanan".
Apa boleh bertanya-tanya?
Sementara koran dijadikan alas.

Ya..ya..ya
Ini tradisi saudaraku,
Jangan takut perut buncit,  perbaikan jalan mesti jadi alasan.
Membuat kesal dan kita dikeroyok aturan.
Sebaiknya matikan saja jam nya, tak ada detik yang mampu menghitung untung-rugi.
Perjalanan mesti memaknai, dan kesabaran adalah alasan sampai pada tujuan.

Ya..ya..ya..
Nikmati saudaraku,
Di ujung jalan ada pedagang asongan, mereka menjalankan tradisi.
Sebab nasibnya dijual untuk sebuah kursi.
Hmmm,
Dongeng apalagi yang mesti dicerna?
Mereka mengetuk.
Mereka memohon.
Ada cemoohan disana.
Ada bisik-bisik disini.
Klakson tak terdengar, sehingga tak ada yang mesti diubah.
Ya...ya..ya..
Ini pelajaran saudaraku.

Kita harus menemukan sesuatu itu saudaraku, sebelum kendaraan kita menabrak pembatas.
Kita mesti bertanya-tanya, perlakukan diri seperti matematika.
Hitung kembali kecepatan menyadari diri, dalam perjalanan mudik lebaran.
Ya..ya..ya boleh jadi, koran-koran itu di tebar di jalan agar kita kembali terdiam.
Ya...ya...ya...
Kacau balau saudaraku.

Bandung, 08-07-2016

Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU