MADANI

Aku tulis sajak ini, sambil menyerap energi desa. 
Desa masih berdiri sambil bersaksi. Menjemput makna berhari-hari.
Maka wajarlah perayaan memiliki makna dalam denyut hidup desa.
Remaja dengan wajah tanpa duka berbaris menikmati suasana, melahirkan daya sebagai manusia.
Merawat ingatan, menjaga nuraninya dari sekutu berkedok serdadu.
Aku bersaksi di malam ini, dalam puisi tanpa sanksi, merdeka adalah mengenal sumber daya.
Apa yang dihisap melahirkan keuntungan pada setiap musimnya, apa yang disimpan menjadi hari raya yang tak bisa ditunda.
Ketika kemerdekaan dikenang dan dilombakan, remaja di pedesaan hanyut pada kesaksiannya.
Jangan pula di atur kehendaknya sebab cinta baginya ialah mengabdi pada pertiwi.
Aku tulis sajak ini, bersaksi pada tawa yang lepas dari tipu daya.
Kita mesti menjaga warna karena desa adalah hulu dari sungai yang tersesat di kota.
O, pahlawan revolusi, kiranya perjuangan masih terhenti disini.
Lampu kota mulai gusar menerangi istana.
O, pahlawan proklamasi, amanat bangsa yang memiliki citra lumpuh oleh bencana kepuasan.
Kiranya desa adalah vaksin penyakit kota, maka kehendak hidup sebagai manusia mesti dijaga kualitasnya.
Nilai-nilai mesti disamakan dengan sekolah, jangan melihat dengan arah cita-cita.
Cinta pada desa memiliki makna pembaharuan.
Aku tulis sajak ini ketika agustus berada di puncaknya.
Menunggu penghargaannya, suka cita aku hisap dan kuadukan pada keadaan.

Majalaya, 17-08-2016
#merdekakalahkemerdekaan


Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU