SAJAK MINYAK TELON



Musim tak menentu,
Ada hujan penuh keganjilan, matahari pucat dan pemalu.
Bersama dengan itu jeritan bayi memandu dan menyoal keprihatinan.

Sore dan sebotol minyak telon,
Harganya diserang pancaroba.
Apa daya,
Anak-anak mesti dibangun ketahanan tubuhnya.


Setelah kubalur, nafasnya tak tentu.
Aku bertanya: apa paru-paru nya rusak? 
Ketakutan membayangi orang tua,
ketika perut bayi terhimpit harga,
saat asi mengering dan tak bergizi pancaroba nafkah suami.
 

Musim benar-benar tak bisa aku pahami.
Angin datang dengan kejam, membawa ribuan tetesan hujan bagai anak panah Arjuna.
Ibu-ibu khawatir ditengah badai, ia minta vaksin agar bayinya kuat seperti Bima.
Siasat tetaplah siasat,
rencana hanya kilas berita dan zat kimia merubah anak bangsa jadi manusia setengah baja.


Sambil menunggu reda,
aku mendengar doa-doa dari bawah mukanya, terkumpul airmata.
Diberikan pada bayi yang bernyanyi minta disusui.
Badai apa yang terjadi? 
Aku melukis matahari sebagai jawaban,
mengirim surat ditetesan hujan, kutunjukkan pada keadaan,
pada kekuasaan.
 

Jika tak mempan, kuolah jadi minyak telon,
balurkan pada matamu, telingamu, mejamu serta kerah bajumu.

Musim semakin sulit diprediksi,
Bayi rindu berjemur dipeluk matahari, tertidur ketika hujan ngamuk lalu menjerit saat minyak telon kurang hangat.


Bandung, 12-06-2016

Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU