KUMAL



Warna yang kehilangan noda.
Kain-kain membentang samudra, namun tak menyerap kotoran.
Baik diujung sejarah sampai di masa depan.

Ditelan mulut-mulut trotoar.,
Sebrang jalan sebagai saksi pengabdian.
Apakah kemurnian membawa petaka?

Putih itu suci.,
Namun dipakai pengemis
Sebagai jawaban atas pemerataan.
Suci itu apa?
Terlukis pada koin recehan
Dilemparkan, bersuara namun tak mampu mendalami kehidupan

Nyanyian di terminal adalah simbol kemerdekaan.
Kemuliaan berpacu dengan rintihan
Suara yang menggema di belantara kota.
Mengiringi noda ditas dada.

Sayup-sayup mata yang berdebu
Duka-duka sumbang nadanya
Sorotan yang melupakan ketakutan
Lewat irama, lewat mengemis, lewat rutinitas.
Lukisan jalanan kemungkinan adalah pengampunan dosa
Tak cukup membungkam dunia
Doa doa sulit dibedakan dengan janji
Pelicin dan ketegasan bak oli samping bercucuran

Esok lusa, warna warni
Sudah barang pasti putih tak terbagi
Kembali renungi lautan, lalu bersaksi dipangkuan pertiwi
Putih pada tulangmu sudah tunggul dan berdebu.

26-05-2016

Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU