SURAT KABAR



Kini udara mahal harganya,
Anak-anak berwajah manusia baja.
Bangsaku, rajin menulis, begitu pula dengan bermimpi.
Barangkali meniru adalah syarat ikut pemilu
dan koran-koran rajin memilah isu dengan tinta palsu.

Lalu lalang pendatang di akhir minggu, awal dari ricuh antar kampung.
Sementara persoalan ditulis seadanya, tentu menggunakan kacamata kuda.
Pemuda dengan seragam penuh warna , memaksakan kehendak sambil menenggak arak.
Lalu lambang negara dijadikan selimut kala pewarta mengemis minta uang saku.

Kini surat kabar makin bisu,
Sehari di televisi satu tahun dibelenggu,
mengapa hidup mesti diatur?
dan kehidupan diperjualbelikan.
Cinta menjadi tak laku, kepentingan itulah isu.
Kebebasan karena undang-undang, ketimpangan bersembunyi dalam kartu sakti.
Inilah peristiwa, koran-koran kita kehilangan makna

Esok lusa kita baik-baik saja, sebab hidup diracuni kata-kata.
Engkau mesti menulis tanpa henti,  menjadi api kesadaran,
menjadi serigala yang lapar tanpa alasan.
Engkau mesti menjadi jawaban, menjadi cahaya kebenaran,
menjadi indra yang bersandar pada derita lingkungan.

Bandung, 01-08-2016
#merdekalahkemerdekaan

Comments

Popular posts from this blog

KEMERDEKAAN ALA ADDY GEMBEL FORGOTTEN

MENEMUI BATAS

PUISI RINDU